Sunday, September 7, 2014

Hidup Itu Pilihan



Dalam menjalani kehidupan ini kadang kala kita di hadapi namanya pilihan, jika kita salah memilih maka kehidupan kita akan mengalami masalah.

Bahkan ada yang karena salah memilih di katakan inilah takdir saya !, kalau kita mau renungkan takdir manusia yang tidak dapat di rubah adalah pada saat Lahir, tidak ada seorang pun yang bisa menentukan kita lahir di mana, keluarga kaya atau miskin, mancung atau pesek, kriting atau lurus, hitam atau putih. Yang kedua adalah kematian, semua manusia di pastikan akan mati, bagaimana pun bentuk nya kematian manusia pasti akhirnya akan mati.

Pengkhotbah 3:2a “ Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal”


Jika kita mau lihat dari awal penciptaan manusia, Adam dan Hawa diberi pilihan oleh Tuhan untuk menggunakan secara bebas semua hasil yang ada di taman Eden, dengan catatan, jangan coba-coba menyentuh buah terlarang di tengah Taman Eden. Hawa yang kemudian dituding bersalah oleh Adam dan generasi berikutnya tergoda oleh setan yang memberinya pilihan-pilihan “memabukan” bahwasanya jika hawa mencicipi buah tersebut maka mereka akan menjadi seperti Allah. Alkitab mencatat “Perempuan itu melihat bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian” (Kej. 3:6).

Alkitab juga menulis banyak sekali kisah di mana manusia banyak dihadapkan pada pilihan-pilihan yang sulit. Abraham, yang dikenal sebagai Bapa Segala Orang Percaya pun pernah diperhadapkan pada pilihan yang sulit. Ia harus menduakan istrinya agar bisa mendapatkan turunan dari Hagar, perempuan yang merupakan hamba dari Sarai sekaligus selirnya Abram.  Ini terjadi bukanlah karena keinginan Abram semata, tapi lebih karena ia diminta oleh Sarai.

Ada kata peribahasa “Manis jangan cepat ditelan, pahit jangan cepat dibuang”, lewat kata ini kita diminta untuk menimbang secara bijak semua hal yang masuk dalam pikiran kita sebelum kita benar-benar memutuskan untuk menerima dan melakukannya.

Tak ada yang bisa mengelak dari yang namanya menjalani hidup tanpa pilihan. Tak ada yang bisa memungkiri bahwa hidup adalah pilihan. Hidup punya lebih dari seribu pilihan dan dibalik masing-masing pilihan ada misteri-misteri masa depan yang bersembunyi dan tak bisa tertebak secara pasti. Terkadang di saat kita memilih, kita berpikir bahwa inilah akhir dari sebuah pilihan, namun ternyata didalam pilihan itu sendiri masih ada lagi pilihan-pilihan yang lain lagi dan lebih sulit. Setiap pilihan menghasilkan resiko, setiap resiko mendatangkan masalah, setiap masalah kadang bisa mendatangkan bencana.

Akan ada saat di mana kita bersyukur atas setiap pilihan yang kita ambil, namun terkadang kita menyalahkan keadaan ketika pada awal, pertengahan atau di akhir jalan kita dihadapkan pada bertubi-tubi masalah sebab kesalahan pada pilihan yang kita ambil. Tujuan akhir yang kita harapkan indah ternyata tak sesuai dengan mimpi kita selama ini. Pilihan yang pada awalnya baik ternyata berubah menjadi sebuah momok yang membosankan, menjengkelkan, bahkan bisa menjadi malapetaka. Ketika keadaan ini terus berlanjut dari hari ke hari, perlahan rasa benci mulai tersulam hingga lagi-lagi menjadi pilihan yang sangat rumit bagi kita. Jika salah lagi memilih, maka kadang kita mempersalahkan Tuhan. Kadang dengan entengnya kita berkata bahwa hal buruk yang terjadi pada kita saat ini adalah karena Tuhan telah memberikan karma untuk semua hal yang pernah kita lakukan pada waktu sebelumnya. Anda boleh berpendapat bahwa siapa menabur dia yang juga menuai, namun nats ini tidak otomatis menyatakan tentang adanya karma.

Terkadang kita juga lebih memilih untuk memberikan beban yang kita pikul kepada orang lain agar orang lain bisa tau seberat apa beban yang kita pikul. Tapi kita tidak pernah peduli apakah orang tersebut mempunyai beban atau tidak, dan mampu atau tidak memikul beban yang kita berikan. Kita tidak pernah peduli itu, yang penting kita nyaman dan aman.

Sepanjang kehidupan ini, akan ada begitu banyak pilihan-pilihan hidup, masing-masing dari pilihan-pilihan yang akan kita ambil tersebut memiliki kesulitan-kesulitan, rintangan, tantangan yang harus kita hadapi dan akan kita hadapi. Setiap kita berhasil melewatinya, bukan berarti bahwa segala sesuatunya akan selesai, namun akan ada kesulitan-kesulitan baru, rintangan dan tantangan yang baru, dan akan seperti itulah seterusnya. Namun jika kita bisa memecahkan setiap persoalan tersebut dan memilih dengan tepat setiap pilihan yang terbentang dihadapan kita, maka niscaya kita akan menjadi lebih besar dari yang pernah kita impikan.

Hidup sebagai manusia memang punya banyak pilihan, namun hal ini bukan berarti bahwa kita dapat memilih semua pilihan itu dalam sekali jalan, namun Tuhan memberi kita banyak pilihan agar kita dapat bebas memilih. Keputusan untuk memilih salah satu pilihan haruslah berdasarkan prioritas mana yang hendak kita capai dan berguna untuk kita dan masa depan kita.

Pilihan hidup yang akan kita jalani bukanlah pilihan hidup orang lain. Sebab kita yang menjalani kehidupan kita, orang lain hanya bisa membandingkan dan menilai namun bukan berarti bahwa mereka harus terlibat dalam pengambilan keputusan kita. Apa pun yang kita putuskan untuk jalani adalah hak mutlak kita. Karena itulah setiap pilihan yang akan kita ambil harus tegas dan bertanggung jawab sehingga keputusan tersebut tidak akan tergoyahkan terhadap apa pun penilaian negative dari orang lain. Memang harus diakui bahwa pada awal kita memutuskan untuk menjalani suatu pilihan hidup yang tidak biasanya bagi orang lain, akan ada pertentangan yang luar biasa terhadap keputusan tersebut, namun selagi keputusan tersebut tidak mengganggu moralitas umum maka jangan pernah gentar untuk terus maju. Kedepankan Tuhan dalam setiap menjalani sebuah keputusan. Dan ingatlah, terhadap segala sesuatu, Yesus hanya sejauh doa.


Alkisah, ada seorang pemuda tampan yang rajin bekerja dan terkenal ringan tangan menolong sesama. Sayangnya, dia terkadang sulit melakukan beberapa pekerjaan, terkendala karena memiliki kaki yang tidak normal, sehingga agak timpang saat berjalan. Ketidaknormalan ini telah dibawa sejak lahir. Untuk itu dibutuhkan sepasang sepatu yang harus dipesan khusus agar dia bisa berjalan layaknya orang normal .
Suatu hari, si pemuda mendatangi seorang pembuat sepatu yang terkenal. Setelah diukur dengan teliti, si paman pembuat sepatu berkata, “Anak muda, paman pasti buatkan sepasang sepatu yang nyaman dipakai dan kelak akan membuatmu berjalan layaknya orang normal. Nah, sambil paman persiapkan bahan-bahannya, silakan kamu pilih modelnya. Apakah berbentuk bulat di depan atau lancip seperti model sekarang?”
“Terima kasih, Paman. Saya sungguh berharap, sepatu yang dibuat Paman akan membantu saya untuk bisa berjalan layaknya orang normal.  Mengenai modelnya.. terserah Paman saja. Saya percaya Paman akan memilihkan yang terbaik!”
Selang dua minggu, sepatu pesanan pun akhirnya selesai dan diantar langsung ke rumah si pemuda. Saat membuka kotak, si pemuda kaget dan takjub memandang sepasang sepatu di tangannya. Sungguh indah dan sangat halus buatannya! Tetapi dengan penasaran dia bertanya, “Paman, sepatu ini sungguh indah sekali. Tetapi kenapa modelnya berbeda antara sepatu yang kiri dengan yang kanan?”

Sambil tersenyum si paman menjawab, “Anak muda. Katamu waktu itu, modelnya terserah paman. Dan menurut paman, itu adalah model yang terbaik untukmu. Jika kamu merasa tidak cocok, itu adalah urusanmu. Ingat anak muda: Jika kamu tidak membuat keputusan dan menentukan pilihan, sama artinya kamu membiarkan orang lain yang akan memutuskan dan menentukan pilihan untukmu!
Mendengar hal itu, si pemuda tersentak. Katanya, “Terima kasih Paman. Ini adalah pelajaran yang luar biasa buat saya dan sebagai pengingat, saya akan pajang sepasang sepatu ini di tempat yang mudah terlihat untuk peringatan jika saya tidak bisa menentukan pilihan maka orang lain yang akan membuat pilihan untuk saya."

0 komentar: