Dalam menjalani kehidupan ini kadang kala kita di
hadapi namanya pilihan, jika kita salah memilih maka kehidupan kita akan
mengalami masalah.
Bahkan ada yang karena salah memilih di katakan inilah
takdir saya !, kalau kita mau renungkan takdir manusia yang tidak dapat di
rubah adalah pada saat Lahir, tidak ada seorang pun
yang bisa menentukan kita lahir di mana, keluarga kaya atau miskin, mancung
atau pesek, kriting atau lurus, hitam atau putih. Yang kedua adalah kematian,
semua manusia di pastikan akan mati, bagaimana pun bentuk nya kematian manusia
pasti akhirnya akan mati.
Pengkhotbah 3:2a “ Ada waktu untuk lahir, ada waktu
untuk meninggal”
Jika kita mau lihat dari awal penciptaan manusia, Adam
dan Hawa diberi pilihan oleh Tuhan untuk menggunakan secara bebas semua hasil
yang ada di taman Eden, dengan catatan, jangan coba-coba menyentuh buah
terlarang di tengah Taman Eden. Hawa yang kemudian dituding bersalah oleh Adam
dan generasi berikutnya tergoda oleh setan yang memberinya pilihan-pilihan
“memabukan” bahwasanya jika hawa mencicipi buah tersebut maka mereka akan
menjadi seperti Allah. Alkitab mencatat “Perempuan itu melihat bahwa buah
pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik
hati karena memberi pengertian” (Kej. 3:6).
Alkitab juga menulis banyak sekali kisah di mana
manusia banyak dihadapkan pada pilihan-pilihan yang sulit. Abraham, yang
dikenal sebagai Bapa Segala Orang Percaya pun pernah diperhadapkan pada pilihan
yang sulit. Ia harus menduakan istrinya agar bisa mendapatkan turunan dari
Hagar, perempuan yang merupakan hamba dari Sarai sekaligus selirnya Abram.
Ini terjadi bukanlah karena keinginan Abram semata, tapi lebih karena ia
diminta oleh Sarai.
Ada kata peribahasa “Manis jangan cepat ditelan,
pahit jangan cepat dibuang”, lewat kata ini kita diminta untuk menimbang secara bijak
semua hal yang masuk dalam pikiran kita sebelum kita benar-benar memutuskan
untuk menerima dan melakukannya.
Tak ada yang bisa mengelak dari yang namanya menjalani hidup tanpa pilihan. Tak ada
yang bisa memungkiri bahwa hidup adalah pilihan. Hidup punya lebih dari
seribu pilihan dan dibalik masing-masing pilihan ada misteri-misteri masa depan
yang bersembunyi dan tak bisa tertebak secara pasti. Terkadang di saat kita
memilih, kita berpikir bahwa inilah akhir dari sebuah pilihan, namun ternyata
didalam pilihan itu sendiri masih ada lagi pilihan-pilihan yang lain lagi dan
lebih sulit. Setiap pilihan menghasilkan resiko, setiap resiko mendatangkan
masalah, setiap masalah kadang bisa mendatangkan bencana.
Akan
ada saat di mana kita bersyukur atas setiap pilihan yang kita ambil, namun
terkadang kita menyalahkan keadaan ketika pada awal, pertengahan atau di akhir
jalan kita dihadapkan pada bertubi-tubi masalah sebab kesalahan pada pilihan
yang kita ambil. Tujuan akhir yang kita harapkan indah ternyata tak sesuai
dengan mimpi kita selama ini. Pilihan yang pada awalnya baik ternyata berubah
menjadi sebuah momok yang membosankan, menjengkelkan, bahkan bisa menjadi
malapetaka. Ketika keadaan ini terus berlanjut dari hari ke hari, perlahan rasa
benci mulai tersulam hingga lagi-lagi menjadi pilihan yang sangat rumit bagi
kita. Jika salah lagi memilih, maka kadang kita mempersalahkan Tuhan. Kadang
dengan entengnya kita berkata bahwa hal buruk yang terjadi pada kita saat ini
adalah karena Tuhan telah memberikan karma untuk semua hal yang pernah kita
lakukan pada waktu sebelumnya. Anda boleh berpendapat bahwa siapa menabur dia
yang juga menuai, namun nats ini tidak otomatis menyatakan tentang adanya
karma.
Terkadang
kita juga lebih memilih untuk memberikan beban yang kita pikul kepada orang
lain agar orang lain bisa tau seberat apa beban yang kita pikul. Tapi kita
tidak pernah peduli apakah orang tersebut mempunyai beban atau tidak, dan mampu
atau tidak memikul beban yang kita berikan. Kita tidak pernah peduli itu, yang
penting kita nyaman dan aman.
Sepanjang
kehidupan ini, akan ada begitu banyak pilihan-pilihan hidup, masing-masing dari
pilihan-pilihan yang akan kita ambil tersebut memiliki kesulitan-kesulitan,
rintangan, tantangan yang harus kita hadapi dan akan kita hadapi. Setiap kita
berhasil melewatinya, bukan berarti bahwa segala sesuatunya akan selesai, namun
akan ada kesulitan-kesulitan baru, rintangan dan tantangan yang baru, dan akan
seperti itulah seterusnya. Namun jika kita bisa memecahkan setiap persoalan
tersebut dan memilih dengan tepat setiap pilihan yang terbentang dihadapan
kita, maka niscaya kita akan menjadi lebih besar dari yang pernah kita impikan.
Hidup
sebagai manusia memang punya banyak pilihan, namun hal ini bukan berarti bahwa
kita dapat memilih semua pilihan itu dalam sekali jalan, namun Tuhan memberi
kita banyak pilihan agar kita dapat bebas memilih. Keputusan untuk memilih
salah satu pilihan haruslah berdasarkan prioritas mana yang hendak kita capai
dan berguna untuk kita dan masa depan kita.
Pilihan
hidup yang akan kita jalani bukanlah pilihan hidup orang lain. Sebab kita yang
menjalani kehidupan kita, orang lain hanya bisa membandingkan dan menilai namun
bukan berarti bahwa mereka harus terlibat dalam pengambilan keputusan kita. Apa
pun yang kita putuskan untuk jalani adalah hak mutlak kita. Karena itulah
setiap pilihan yang akan kita ambil harus tegas dan bertanggung jawab sehingga
keputusan tersebut tidak akan tergoyahkan terhadap apa pun penilaian negative
dari orang lain. Memang harus diakui bahwa pada awal kita memutuskan untuk
menjalani suatu pilihan hidup yang tidak biasanya bagi orang lain, akan ada
pertentangan yang luar biasa terhadap keputusan tersebut, namun selagi
keputusan tersebut tidak mengganggu moralitas umum maka jangan pernah
gentar untuk terus maju. Kedepankan Tuhan dalam setiap menjalani sebuah
keputusan. Dan ingatlah, terhadap segala sesuatu, Yesus hanya sejauh doa.
Cerita
dari Andriewongso (http://www.andriewongso.com/articles/details/10062/Hidup-adalah-Pilihan)
Alkisah,
ada seorang pemuda tampan yang rajin bekerja dan terkenal ringan tangan
menolong sesama. Sayangnya, dia terkadang sulit melakukan beberapa pekerjaan,
terkendala karena memiliki kaki yang tidak normal, sehingga agak timpang saat
berjalan. Ketidaknormalan ini telah dibawa sejak lahir. Untuk itu dibutuhkan
sepasang sepatu yang harus dipesan khusus agar dia bisa berjalan layaknya orang
normal .
Suatu
hari, si pemuda mendatangi seorang pembuat sepatu yang terkenal. Setelah diukur
dengan teliti, si paman pembuat sepatu berkata, “Anak muda, paman pasti buatkan
sepasang sepatu yang nyaman dipakai dan kelak akan membuatmu berjalan layaknya
orang normal. Nah, sambil paman persiapkan bahan-bahannya, silakan kamu pilih
modelnya. Apakah berbentuk bulat di depan atau lancip seperti model sekarang?”
“Terima
kasih, Paman. Saya sungguh berharap, sepatu yang dibuat Paman akan membantu
saya untuk bisa berjalan layaknya orang normal. Mengenai modelnya..
terserah Paman saja. Saya percaya Paman akan memilihkan yang terbaik!”
Selang
dua minggu, sepatu pesanan pun akhirnya selesai dan diantar langsung ke rumah
si pemuda. Saat membuka kotak, si pemuda kaget dan takjub memandang sepasang
sepatu di tangannya. Sungguh indah dan sangat halus buatannya! Tetapi dengan
penasaran dia bertanya, “Paman, sepatu ini sungguh indah sekali. Tetapi kenapa
modelnya berbeda antara sepatu yang kiri dengan yang kanan?”
Sambil
tersenyum si paman menjawab, “Anak muda. Katamu waktu itu, modelnya terserah
paman. Dan menurut paman, itu adalah model yang terbaik untukmu. Jika kamu
merasa tidak cocok, itu adalah urusanmu. Ingat anak muda: Jika kamu tidak
membuat keputusan dan menentukan pilihan, sama artinya kamu membiarkan orang
lain yang akan memutuskan dan menentukan pilihan untukmu!”
Mendengar
hal itu, si pemuda tersentak. Katanya, “Terima kasih Paman. Ini adalah
pelajaran yang luar biasa buat saya dan sebagai pengingat, saya akan pajang
sepasang sepatu ini di tempat yang mudah terlihat untuk peringatan jika saya
tidak bisa menentukan pilihan maka orang lain yang akan membuat pilihan untuk
saya."
0 komentar:
Post a Comment