Keluarga bahagia adalah keluarga yang dapat mengelola konflik/masalah, Karena
selama kita masih hidup di dunia ini
masalah akan selalu ada, kecuali kita sudah tidak di dunia alias meninggal maka
orang tersebut sudah tidak punya masalah.
Didalam sebuah keluarga masalah, perbedaan pendapat dan kebiasaan-kebiasaan
pribadi masing-masing yang tidak sesuai dengan karakter pasangan, itu biasa
terjadi karena di dalam sebuah keluarga ada
penyatuan dua pribadi yang berbeda dan unik.Sebelum bertemu dan bersatu dalam pernikahan, masing-masing pribadi telah mengembangkan selera, kesukaan, kebiasaan, kesenangan, dan ketidaksenangan serta nilai-nilai hidup yang dipegang. Jadi, tidak masuk akal jika kita berpikir bahwa dalam keluarga segala sesuatu harus sama, dilakukan dengan cara dan waktu yang sama.
Kita bisa ambil contoh “ sepasang sandal / sepatu memilik perbedaan
kiri dan kanan dan saat di pakai akan terasa nyaman tetapi jika kiri / kanan semua maka akan jadi masalah
yang memakai” demikian juga sebuah keluarga yang di persatukan dengan dua
pribadi jika kita berjalan seiring maka yang di dapatkan adalah kebahagian.
Oleh sebab itu saya tidak membahas penyebab masalah dalam Rumah Tangga
tetapi saya Berikan tip & trik mengatasi Masalah dalam keluarga,
Salah satu kunci keberhasilan dalam keluarga ialah kemampuan mengatasi
setiap permasalahan sehingga setiap anggota keluarga dapat memainkan perannya
secara optimal. Kuasailah masalah dan carilah solusi bersama atas masalah
tersebut. Ini bukan hal yang mudah, tetapi harus diupayakan. Cara yang tepat
dalam menyelesaikan masalah keluarga dapat memicu terciptanya proses
pertumbuhan.
Setiap pasangan Kristen seharusnya belajar dari berbagai konflik dan
mau memiliki sikap yang lebih dewasa. Rumah memerlukan ketenangan yang hangat
dan kehangatan yang tenang. Oleh sebab itu, bicarakan cara mengatasi dan menyelesaikan
masalah yang ada, serta pahami dan terapkan prinsip-prinsip berikut ini :
1. Bertumbuh dalam Kristus.
Keinginan ini tidak dapat dibuat-buat dan tidak muncul secara otomatis. Keinginan ini
bergantung pada hubungan pribadi yang sehat dengan Kristus dan ditandai dengan
adanya kerinduan untuk berdoa dan membaca Alkitab sambil merefleksikannya dalam
kehidupan pribadi dan keluarga. Dampaknya, prinsip-prinsip kebenaran Alkitab
dan nilai-nilai kristiani akan tampak
dan dijunjung tinggi.
2. Bertumbuh menjadi pribadi
yang lebih dewasa, selalu ingin belajar, mau memberi, bersedia berkorban, dan melayani.
Jika setiap pribadi tidak mau mengasihi
dan membahagiakan pasangannya, masalah yang ada tidak akan selesai dengan tuntas. Pribadi yang tidak mau menjadi
lebih dewasa cenderung egosentris dalam
menyelesaikan masalah keluarga.
3. Berinisiatif dan mulai
menyelesaikan masalah keluarga dengan penuh kesadaran. Setiap pribadi harus mempunyai keinginan
kuat untuk mempertahankan keutuhan pernikahannya dan berusaha mencari alternatif
solusi yang baik untuk semua pihak.
Perlakukan orang lain (suami, istri, anak, atau orang tua kita) seperti kita ingin diperlakukan (Matius 7:12).
Perubahan harus dimulai dari diri sendiri, dan hendaklah kita hidup dengan
ramah, kasih mesra, saling mengasihi, dan mengampuni sebagai dasar dalam mengatasi
masalah keluarga kita (Efesus 4:32). Terkadang, kita perlu menanyakan pada diri sendiri:
Apakah saya mencintai pasangan hidup
saya seperti Kristus mencintai umat-Nya? Apakah saya sungguh-sungguh mencintai
pasangan hidup saya seperti saya mengasihi diri saya sendiri? Jika jawabannya adalah TIDAK, mulailah untuk
melakukan perubahan diri, maka pernikahan Anda akan menemukan kembali
kehangatannya (Efesus 5:22-31).
4. Berpikir positif terhadap
pasangan. Pandangan positif akan melahirkan pendekatan dan cara-cara yang positif dalam
mengatasi permasalahan dalam keluarga. Fokuslah pada kelebihan, bukan kekurangan
pasangan Anda.
5. Berpikir dan mewujudkan
kehidupan keluarga yang sukses. Jangan pernah sekalipun memikirkan untuk bercerai sebagai
solusi permasalahan keluarga. Tetapkan
orientasi hidup pernikahan yang benar.
6. Ingatlah selalu akan kasih
mula-mula yang mendasari pernikahan. Jika Anda mengasihi pasangan yang Tuhan berikan, tidak
akan ada keinginan untuk mengecewakan
atau menyakiti. Yang ada adalah berbagi suka dan duka.
Dan, yang terpenting ialah menempatkan Tuhan dan firman-Nya sebagai
Pemandu kehidupan pribadi dan keluarga. Ingatlah, keluarga kita akan bahagia
jika Tuhan menjadi "Tamu" yang tetap di dalamnya. Pasangan yang
berhasil membina keharmonisan bukanlah mereka yang memiliki pemikiran,
perilaku, dan sikap yang persis sama, tetapi yang mau belajar menerima
keberbedaan melalui proses penerimaan, pengertian, dan saling melengkapi.
Berikut ini kutipan Kong Fut Tze mengenai keluarga yang harmonis, "Apabila
ada harmoni di dalam rumah, akan ada ketenangan di masyarakat. Apabila ada
ketenangan di masyarakat, ada ketenteraman di dalam negara. Apabila ada
ketenteraman di dalam negara, akan ada kedamaian di dalam dunia."
Selamat berbahagia. GBU
0 komentar:
Post a Comment