Monday, February 9, 2015

Kunci Keluarga Bahagia



Keluarga bahagia adalah keluarga yang dapat mengelola konflik/masalah, Karena  selama kita masih hidup di dunia ini masalah akan selalu ada, kecuali kita sudah tidak di dunia alias meninggal maka orang tersebut sudah tidak punya masalah.
Didalam sebuah keluarga masalah, perbedaan pendapat dan kebiasaan-kebiasaan pribadi masing-masing yang tidak sesuai dengan karakter pasangan, itu biasa terjadi karena di dalam sebuah keluarga ada
penyatuan dua pribadi  yang berbeda dan unik.

Sebelum bertemu dan bersatu dalam pernikahan, masing-masing pribadi telah mengembangkan selera, kesukaan, kebiasaan, kesenangan, dan ketidaksenangan serta nilai-nilai hidup yang dipegang. Jadi, tidak masuk akal jika kita berpikir bahwa dalam keluarga segala sesuatu harus sama, dilakukan dengan cara dan waktu yang sama.
Kita bisa ambil contoh “ sepasang sandal / sepatu memilik perbedaan kiri dan kanan dan saat di pakai akan terasa nyaman tetapi  jika kiri / kanan semua maka akan jadi masalah yang memakai” demikian juga sebuah keluarga yang di persatukan dengan dua pribadi jika kita berjalan seiring maka yang di dapatkan adalah kebahagian.
Oleh sebab itu saya tidak membahas penyebab masalah dalam Rumah Tangga tetapi saya Berikan tip & trik mengatasi Masalah dalam keluarga,

Salah satu kunci keberhasilan dalam keluarga ialah kemampuan mengatasi setiap permasalahan sehingga setiap anggota keluarga dapat memainkan perannya secara optimal. Kuasailah masalah dan carilah solusi bersama atas masalah tersebut. Ini bukan hal yang mudah, tetapi harus diupayakan. Cara yang tepat dalam menyelesaikan masalah keluarga dapat memicu terciptanya proses pertumbuhan.
Setiap pasangan Kristen seharusnya belajar dari berbagai konflik dan mau memiliki sikap yang lebih dewasa. Rumah memerlukan ketenangan yang hangat dan kehangatan yang tenang. Oleh sebab itu, bicarakan cara mengatasi dan menyelesaikan masalah yang ada, serta pahami dan terapkan prinsip-prinsip berikut ini :

1. Bertumbuh dalam Kristus. Keinginan ini tidak dapat dibuat-buat dan tidak  muncul secara otomatis. Keinginan ini bergantung pada hubungan pribadi yang  sehat dengan Kristus dan ditandai dengan adanya kerinduan untuk berdoa dan  membaca Alkitab sambil merefleksikannya dalam kehidupan pribadi dan keluarga.  Dampaknya, prinsip-prinsip kebenaran Alkitab dan nilai-nilai kristiani akan    tampak dan dijunjung tinggi.

2. Bertumbuh menjadi pribadi yang lebih dewasa, selalu ingin belajar, mau  memberi, bersedia berkorban, dan melayani. Jika setiap pribadi tidak mau  mengasihi dan membahagiakan pasangannya, masalah yang ada tidak akan selesai  dengan tuntas. Pribadi yang tidak mau menjadi lebih dewasa cenderung egosentris   dalam menyelesaikan masalah keluarga.

3. Berinisiatif dan mulai menyelesaikan masalah keluarga dengan penuh kesadaran.    Setiap pribadi harus mempunyai keinginan kuat untuk mempertahankan keutuhan   pernikahannya dan berusaha mencari alternatif solusi yang baik untuk semua  pihak. Perlakukan orang lain (suami, istri, anak, atau orang tua kita) seperti   kita ingin diperlakukan (Matius 7:12). Perubahan harus dimulai dari diri sendiri, dan hendaklah kita hidup dengan ramah, kasih mesra, saling mengasihi,  dan mengampuni sebagai dasar dalam mengatasi masalah keluarga kita (Efesus 4:32).  Terkadang, kita perlu menanyakan pada diri sendiri: Apakah saya mencintai  pasangan hidup saya seperti Kristus mencintai umat-Nya? Apakah saya sungguh-sungguh mencintai pasangan hidup saya seperti saya mengasihi diri saya sendiri?  Jika jawabannya adalah TIDAK, mulailah untuk melakukan perubahan diri, maka pernikahan Anda akan menemukan kembali kehangatannya (Efesus 5:22-31).

4. Berpikir positif terhadap pasangan. Pandangan positif akan melahirkan  pendekatan dan cara-cara yang positif dalam mengatasi permasalahan dalam keluarga. Fokuslah pada kelebihan, bukan kekurangan pasangan Anda.

5. Berpikir dan mewujudkan kehidupan keluarga yang sukses. Jangan pernah  sekalipun memikirkan untuk bercerai sebagai solusi permasalahan keluarga.  Tetapkan orientasi hidup pernikahan yang benar.

6. Ingatlah selalu akan kasih mula-mula yang mendasari pernikahan. Jika Anda  mengasihi pasangan yang Tuhan berikan, tidak akan ada keinginan untuk  mengecewakan atau menyakiti. Yang ada adalah berbagi suka dan duka.

Dan, yang terpenting ialah menempatkan Tuhan dan firman-Nya sebagai Pemandu kehidupan pribadi dan keluarga. Ingatlah, keluarga kita akan bahagia jika Tuhan menjadi "Tamu" yang tetap di dalamnya. Pasangan yang berhasil membina keharmonisan bukanlah mereka yang memiliki pemikiran, perilaku, dan sikap yang persis sama, tetapi yang mau belajar menerima keberbedaan melalui proses penerimaan, pengertian, dan saling melengkapi. Berikut ini kutipan Kong Fut Tze mengenai keluarga yang harmonis, "Apabila ada harmoni di dalam rumah, akan ada ketenangan di masyarakat. Apabila ada ketenangan di masyarakat, ada ketenteraman di dalam negara. Apabila ada ketenteraman di dalam negara, akan ada kedamaian di dalam dunia."

Selamat berbahagia. GBU

0 komentar: